Generasi sandwich adalah sebutan untuk orang yang memiliki beban ganda di mana dia tidak hanya berusaha untuk menghidupi diri sendiri melainkan juga menanggung biaya hidup orang tua dan anak.
Ekonom dari Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty menganjurkan agar generasi sandwich memiliki aset finansial sebagai pemasukan pasif untuk membantu sumber pemasukan sehingga tidak hanya mengandalkan pendapatan utama.
“Generasi sandwich lumayan berat bebannya.
Tetapi memang justru dengan kita berpikirnya financial asset itu bisa membantu sumber pemasukan tambahan selain dari income,” kata Telisa.
Kemenko Perekonomian Bicara Open Finance hingga Risiko Keamanan Data Keuangan Telisa mengatakan aset finansial yang dimiliki berfungsi sebagai simpanan atau tabungan cadangan yang nantinya dapat bermanfaat jika sewaktu-waktu generasi sandwich menghadapi kebutuhan yang mendesak.
“Memang harus dimulai dan diberikan edukasi finansial kepada mereka bahwa menabung itu justru akan membantu meringankan beban di masa datang,” ujarnya.
Menurut Telisa, aset finansial yang wajib dimiliki generasi sandwich yaitu tabungan.
Jenis aset ini merupakan aset finansial yang paling konvensional.
Apalagi saat ini pemerintah sudah meluncurkan produk TabunganKu di beberapa bank dengan syarat mudah dan ringan serta saldo minimal yang cukup ramah untuk lapisan masyarakat kecil.
Selain itu, aset konvensional lain yang dapat dipilih yaitu deposito.
Begini Cara Buka Rekening BRI Terbaru 2023 Beserta Syaratnya “Tapi memang return-nya nggak bisa terlalu tinggi.
Tapi mereka harus punya itu walaupun dalam jumlah kecil,” ucap Telisa.
Selain itu, Telisa juga merekomendasikan generasi sandwich untuk mulai berinvestasi atau menabung emas dan ini dapat dilakukan dengan menyicilnya dimulai dari jumlah yang kecil.
Kemudian, naik ke tingkatan selanjutnya, generasi sandwich juga dapat berinvestasi pada saham sambil didampingi pihak profesional.
Investasi obligasi dan propertiJika generasi sandwich sudah memiliki beberapa aset keuangan tersebut, aset juga dapat dikombinasikan dengan produk lain seperti simpanan di koperasi.
Beranjak ke tingkatan yang lebih mumpuni lagi jika pemasukan utama sudah meningkat, mereka dapat berinvestasi pada obligasi hingga properti.
Namun, Telisa mengingatkan setiap produk keuangan memiliki risiko masing-masing.
Oleh sebab itu, generasi sandwich didorong untuk meningkatkan kemampuan literasi finansial sehingga terhindar dari produk keuangan yang spekulatif dan ilegal.
Literasi juga penting untuk dilakukan sejak dini, dimulai dari tingkatan sekolah atau perguruan tinggi.
“Program itu harus digalakkan untuk memberikan pengetahuan pentingnya juga financial asset tapi tetap ada risiko yang perlu hati-hati dan bagaimana mengelolanya supaya optimal.
Jadi, perencanaan keuangan harus lebih dimasifkan lagi, dibikinlah semacam simulasi-simulasi,” kata Telisa.
Yang tak kalah penting, generasi sandwich juga harus tetap meningkatkan keterampilan atau kompetensi yang dapat mendukung pekerjaan dan karir.
Dengan begitu, diharapkan pendapatan utama akan membaik serta dana yang disisihkan untuk menabung atau investasi juga bertambah.
Pilihan Editor: Macam Generasi Sandwich dan Beban yang Dipikul